Kamis, 01 Agustus 2013

Makalah Masalah belajar dan cara penanggulangannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum belajar dapat difahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses berpikir atau kognitif. Belajar merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluargannya sendiri. Apabila proses belajar berlangsung dengan baik, maka prestasi yang memuaskan dapat dicapai oleh siswa. Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan prestasi yang diraih oleh para siswa. Bahkan pada beberapa siswa terdapat hal-hal yang menyebabkan terganggunya proses belajar siswa yang berimbas pada rendahnya pencapaian hasil maupun prestasi belajarnya. Untuk itu, melalu makalah ini saya akan mencoba membahas masalah belajar siswa tersebut dan mengidentifikasi cara penanggulangan yang paling sesuai agar masalah belajar tersebut dapat teratasi sehingga dapat tercapainya hasil belajar yang optimal. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan masalah belajar? 2. Apa saja jenis-jenis masalah belajar itu? 3. Apa saja faktor yang menyebabkan masalah belajar? 4. Bagaimanakah prosedur dan langkah-langkah penanganan masalah belajar? 5. Bagaimanakah alternatif penanganan masalah belajar yang tepat? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian masalah belajar 2. Untuk mengetahui jenis-jenis masalah belajar 3. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masalah belajar 4. Untuk mengetahui prosedur dan langkah-langkah penanganan masalah belajar 5. Untuk mengetahui alternatif penanganan masalah belajar yang tepat   BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Masalah Belajar Setiap siswa memiliki karakteristik yang amat beragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Masalah belajar siswa ditunjukkan oleh adanya kondisi atau hambatan-hambatan tertentu yang menyulitkan pencapaian hasil belajar yang baik, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah kemampuan semestinya. Masalah belajar juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang murid yang mengganggu kelancaran proses belajarnya. Hal tersebut berhubungan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimilikinya dan juga mungkin karena lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Kesulitan belajar (learning difficulty) tidak hanya menimpa siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Penyelengara pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang bekemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terkadang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “diluar rata-rata tersebut (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengembangkan diri sesuai kemampuannya. Selain itu, masalah belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya prestasi akademik sesuai dengan yang diharapkan. Masalah belajar terdiri dari beberapa jenis masalah yang biasanya terjadi pada diri siswa. Apabila masalah belajar pada siswa tidak ditangani dengan tepat maka hal tersebut akan berdampak buruk dan berkepanjangan bagi masa depan siswa yang bersangkutan. B. Jenis-jenis Masalah Belajar Sesuai dengan pengertian masalah belajar yang telah dipaparkan diatas, maka dibawah ini dapat dipaparkan beberapa jenis-jenis masalah belajar yang sering dialami siswa: 1. Learning Disorder atau kekacauan belajar yaitu suatu kondisi dimana proses belajar siswa terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa menghitung dengan kalkulator akan kesulitan saat diharuskan menghitung dengan cara manual. 2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang pandai berhitung saat diberikan soal-soal yang menggunakan rumus-rumus, maka dia tidak dapat menyelesaikannya dengan baik karena belum memahami cara penggunaaan rumus tersebut. 3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong baik, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang memperoleh IQ tinggi yaitu 110, namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. 4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain: 1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan. 4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. 5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. 6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. C. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar Banyak hal yang dapat menghambat dan menganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Faktor-faktor penyebabnya dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu: 1) Faktor indogin, iyalah faktor yang datang dari diri siswa sendiri. Faktor ini meliputi: a. Faktor biologis, ialah faktor yang berhubungan dengan jasmaniah siswa. Faktor ini misalnya: Faktor fisiologis, adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang, misalnya tentang fungsi-fungsi organ-organ, dan susunan-susunan tubuh yang dapat mempengaruhi intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.  -Kesehatan, adalah faktor terpenting didalam belajar. Pelajar atau siswa yang tidak sehat badannya, tentu tidak dapat belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu dan pelajaran sukar masuk. Begitu juga dengan anak yang badannya lemah, sering pusing dan sebagainnya tidak akan tahan dalam belajar dan mudah kelelahan.  -Cacat badan, juga dapat menghambat belajar. Cacat badan misalnya tuli, buta, dan sebagainnya. Siswa yang mengalami cacat badan hendaknya dimasukan ke dalam pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa b. Faktor Psikologis, adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah. Termasuk dalam faktor ini yaitu:  -Inteligensi, merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Rendahnya inteligensi atau intelektual siswa menyebabkan sulitnya siswa mecapai hasil belajar yang baik. Selain itu cacat mental yang dibawa sejak lahir juga kerap menjadi penyebab rendahnya inteligensi siswa.  -Kebiasaan siswa, berbagai kebiasaan buruk bisa menjadi faktor penghambat kemajuan belajar siswa. Seperti kebiasaan belajar hanya pada saat ada ulangan atau PR.  -Minat, apabila siswa memiliki minat yang rendah terhadap suatu bahan pelajaran, maka pelajaran itu akkan sulit diterima oleh siswa. Oleh karena itu dengan minat yang tinggi, siswa dapat belajar dengan lebih giat.  -Bakat, Seorang siswa akan mengalami kesulitan jika menekuni suatu bidang yang bukan bakatnya. Sebaliknya jika siswa tersebut menempuh bidang yang merupakan bakatnya maka besar kemungkinan ia bisa memperoleh kesuksesan dalam belajar.  -Motivasi, adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Apabila motivasi siswa rendah tentu ia tidak akan bersemangat dalam belajar yang akhirnya berimbas pada rendahnya prestasi akademik yang ia raih.  -Emosi, dalam keadaan emosi yang tidak stabil siswa akan mengalami masalah belajar. Hambatan-hambatan yang muncul karena ketidakstabilan emosi dapat berupa kejenuhan dalam belajar, ketidakfokusan dan sebagainnya. Untuk itu siswa yang mengalami masalah seperti ini membutuhkan situasi yang tenang dan perhatian yang agar proses belajarnya dapat berjalan dengan lancar. 2) Faktor Eksogin, merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor eksogin sangat beragam antara lain: a. Lingkungan keluarga, faktor ini meliputi faktor orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.  -Faktor orang tua, orang tua yang mendidik anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan membuat sang anak sukses dalam belajarnya. Selain itu hubungan orang tua dengan anak juga sangat berpengaruh, misalnya hubungan antara orang tua dan anak buruk atau terjadi broken home dalam keluarga anak maka tentu hal ini menyebabkan masalah belajar bagi anak.  -Faktor suasana rumah, rumah yang terlalu gaduh atau ramai menyebabkan anak tidak focus dalam belajar. Sehingga apabila ada PR atau ujian, anak sulit belajar dan mengerjakannya, akibatnya prestasi anak cenderung menurun.  -Faktor ekonomi keluarga, faktor ini kerap kali menjadi penyebab masalah belajar, misalnya, anak dari keluarga miskin terkadang pikirannya ikut terbebani dengan masalah ekonomi keluarganya, bahkan ada beberapa anak yang terkadang membantu pekerjaan orang tuanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Anak dari keluarga miskin juga terkadang sulit untuk membeli perlengkapan sekolah yang memadai, akibatnya mereka sering merasa minder hingga dorongan untuk belajar mereka kurang sekali. b. Lingkungan sekolah, kadang-kadang juga menjadi faktor penyebab masalah belajar anak. Termasuk dalam faktor ini antara lain:  -Cara penyajian pelajaran yang kurang baik  -Hubungan guru dan murid yang kurang baik  -Hubungan antara anak dengan teman-temanya disekolah kurang menyenangkan  -Materi ajar yang terlalu tingkat kesulitannya diatas kemampuan normal anak  -Fasilitas sekolah yang tidak memadai  -Jam-jam pelajaran yang kurang baik, seperti sekolah yang masuk siang dimusim panas dimana udara sangat panas yang mengakibatkan siswa menjadi kelelahan dan mengantuk. c. Lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat yang dapat menjadi penyebab maslah belajar antara lain:  -Media massa, seperti bioskop, radio, televisi, majalah dan sebagainya. Semua itu apabila siswa menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menggunakannya dan bukan untuk tujuan pendidikan maka dapat member pengaruh buruk yang berimbas pada munculnya masalah belajar pada anak.  -Teman begaul yang memberikan pengaruh yang kurang baik, misalnya anak bergaul dengan preman maka si preman cenderung mempengaruhi anak untuk membolos dan sebagainya.  -Adanya kegiatan-kegiatan masyarakat atau organisasi yang jadwalnya teramat padat dan mengurangi waktu belajar anak  -Corak kehidupan tetangga yang kurang baik. Selain faktor-faktor diatas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Faktor-faktor lain ini sering dipandang sebagai faktor khusus yang berupa sindrom psikologis. Sindrom (syndrome) yang berarti suatu gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:  Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca;  Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis;  Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika. Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan dianyaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985:Reber, 1988). D. Prosedur dan Langkah-langkah Penanganan Masalah Belajar 1. Identifikasi Kasus Hari selasa 25 juni 2013 penulis melakukan wawancara dengan dua orang siswi yang bersekolah di sebuah sekolah dasar negeri yang berinisial SDN 1 L. Pada penelitian ini penulis berpatokan pada nilai rata-rata kelas dikelas siswi-siswi yang bersangkutan dan juga berpatokan pada kepribadian siswi-siswi tersebut. Penulis menggunakan pedoman raport semester kedua dan keterangan-keterangan dari siswi-siswi yang bersangkutan. Berikut ini data tentang siswi-siswi tersebut: a. Siswi pertama berinisial NTR yang berusia 10 tahun saat ini baru saja naik ke kelas 5. Siswi ini merupakan siswi yang meraih nilai matematika dibawah rata-rata kelas. Dikelas siswi yang bersangkutan nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran matematika adalah 77 dan KKMnya adalah 70, sedangkan NTR memperoleh nilai matematika 70. Nilai matematika NTR berada jauh dibawah rata-rata kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa NTR mengalami masalah dalam belajar matematika. NTR juga sering datang terlambat kesekolah dan sering terlihat menyendiri. b. Siswi kedua berinisial DAR berusia 9 tahun baru saja naik ke kelas 4. Siswi ini merupakan siswi yang memperoleh nilai Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan) yang cukup jauh dari nilai rata-rata kelas. Dikelas DAR nilai rata-rata kelas untuk mata pelajaran Penjaskes adalah 79 dan KKMnya adalah 75. DAR memperoleh nilai 75, nilai yang terendah dikelas yang bersangkutan untuk mata pelajaran Penjaskes. Hal tersebut mengindikasikan bahwa DAR mengalami masalah dalam belajar Penjaskes. Selain itu DAR pernah beberapa kali tidak masuk dan kerap dihukum oleh gurunya disekolah. 2. Identifikasi Masalah Untuk mengidentifikasi masalah apa sebenarnya yang dialami oleh siswi-siswi tersebut penulis telah melakukan wawancara dengan mereka dan berikut ini kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang dialami oleh siswi-siswi tersebut berdasarkan hasil wawancara: a. NTR, siswi ini menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat sulit. Ia mengalami kesulitan saat menghitung angka-angka yang berjumlah besar. Ia juga kerap kali tidak memahami bagaimana cara menghitung perkalian atau pembagian dengan bilangan yang cukup besar. Ia mengatakan bahwa guru kelasnya galak, sehingga Ia takut untuk bertanya apabila belum memahami pelajaran tersebut. NTR juga menuturkan teman-teman sekelasnya tidak mau membantunya dalam memahami pelajaran tersebut. Ia juga kadang-kadang dimarahi gurunya karena datang terlambat sehingga tertinggal beberapa penjelasan mengenai pelajaran. b. DAR, siswi ini mengaku kesulitan dalam belajar Penjaskes. Ukuran tubuhnya yang kecil untuk anak seusianya menurutnya menyulitkannya dalam melakukan olahraga seperti lompat jauh. Ia juga mengaku guru Penjaskesnya sangat galak dan kerap kali menjemurnya saat Ia melakukan kesalahan. Ia juga mengatakan Ia sangat takut dengan guru tersebut sebab guru tersebut suka berteriak keras-keras saat memanggil siswanya. Selain masalah belajar Penjaskes, DAR juga sering dihukum karena dianggap tidak menaati peraturan kelas. Ia mengatakan bahwa gurunya sering salah faham dan menjewernya. Ia juga pernah beberapa kali tidak masuk karena sakit. 3. Identifikasi Faktor Penyebab Masalah Berdasarkan masalah yang dialami oleh siswi-siswi tersebut penulis dapat mengidentifikasi faktor penyebab masalah tersebut yaitu: a. Untuk siswi pertama, NTR, faktor penyebab masalahnya antara lain: 1. Faktor Minat, NTR memiliki minat yang rendah terhadap pelajaran matematika, maka pelajaran itu akan sulit diterima olehnya. 2. Faktor Bakat, NTR kemungkinan memiliki bakat yang rendah dibidang matematika. Sehingga ia sulit menghitung angka-angka. 3. Faktor Lingkungan Sekolah, guru yang cukup galak serta hubungan antara NTR dengan teman-temanya disekolah kurang menyenangkan menyebabkan Ia menghadapi kesulitan saat hendak bertanya pada mereka mengenai mata pelajaran tersebut. 4. Faktor Lingkungan Keluarga, orang tua NTR sepertinya tidak mendidik anaknya untuk bangun pagi sehingga ini menyebabkan Ia sering bangun kesiangan. b. Untuk siswi kedua, DAR, faktor-faktor penyebab masalahnya antara lain: 1. Faktor Fisiologis, postur tubuh DAR yang kecil untuk ukuran anak seusianya membuatnya kesulitan dalam melakukan beberapa olahraga. 2. Faktor Kesehatan, DAR sepertinya kurang sehat atau kurang nutrisi, sehingga dia bertubuh lemah dan sering sakit. 3. Faktor Lingkungan Sekolah, guru yang galak serta hubungan antara NTR dengan teman-temanya disekolah kurang menyenangkan menyebabkan Ia mengalami masalah belajar. 4. Faktor Bakat, DAR kemungkinan memiliki bakat yang rendah dibidang Olahraga. Sehingga ia sulit untuk mendapatkan nilai yang tinggi. 4. Identifikasi Alternatif Penanganan Setelah penulis megidentifikasi masalah siswi-siswi tersebut dan berbagai faktor penyebabnya serta mempelajari berbagai alternatif penanganan masalah belajar, maka penulis dapat menentukan beberapa alternatif yang sesuai untuk masing-masing anak, alternatif tersebut ialah sebgai berikut: a. Untuk siswi pertama yakni NTR, alternatif penanganan masalahnya memerlukan peran dari beberapa pihak yaitu:  Guru, memiliki kapasitas dan peranan yang amat besar dalam mengatasi masalah NTR. Guru harus mengembangkan suasana kelas yang menyenangkan agar NTR dan siswa lainya bisa belajar dengan nyaman. Selain itu Guru juga harus menyajikan materi atau bahan ajar secara menarik dan mudah dipahami. Perubahan strategi atau metode belajar yang sesuai dengan kondisi siwa-siswinya, Guru dapat menggunakan metode PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), ini berarti ketika proses pembelajaran Guru harus menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasannya. Inovatif berarti guru menciptakan pembelajaran yang membuat siswanya befikir bahwa belajar itu menyenangkan, sehingga pikiran negatif siswa yang berupa perasaan tertekan dalam belajar akan hilang. Kreatif artinya bagaimana Guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswanya. Efektif artinya bagaimana Guru memanfaaatkan waktu pembelajran yang ada sebaik mungkin agar siswa-siswinya dapat memahami pelajaran tanpa menyia-nyiakan waktu. Serta Menyenangkan artinya suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran agar siswa memiliki minat yang tinggi pada pelajaran tersebut.  Orang tua, saat kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Orang tua sebaiknya mnyempatkan waktu dan mendengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Orang tua aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas mengajar, memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang guru dan teman-temannya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya. Orang tua juga sebaiknya menemani anak belajar dirumah serta membiasakan anak-anak untuk melakukan kegiatan yang baik dan melatih kedisiplinan seperti membiasakan anak bangun pagi. b. Untuk siswi DAR, alternative penanganan masalahnya juga memerlukan peranan yang serius dari dua pihak yakni:  Guru, berusaha mendukung siswanya dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Seorang Guru tidak boleh galak atau menakutkan. Guru harus memahami bahwa setiap anak berbeda dan membutuhkan perlakuan dan dukungan yang berbeda dalam pembelajaran.Guru harus tanggap terhadap kebutuhan anak, mengarahkan usaha anak, memberikan pujian, bantuan, dan dukungan ketika dibutuhkan. Hindari pemberian hukuman yang menyiksa anak. Guru juga sebaiknya berusaha berkomunikasi dengan anak, menyakinkan agar mereka percaya dan beranggapan bahwa dirinya akan mencapai kesuksesan. Serta Guru juga perlu memberikan saran, menghargai usaha anak dan memuji pencapaian anak sekecil apapun. Kesuksesan belajar anak akan diraih apabila program belajar memungkinkan anak untuk mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, skill dan strategi.  Orang Tua, dalam hal ini orang tua DAR harus mengupayakan agar DAR memperoleh gizi yang seimbang dan tercukupi. Perhatian Orang tua sangatlah penting, berikan perhatian secara mendalam, awasi perkembangan dan berikanlah bantuan serta dukungan bagi DAR. Orang tua DAR juga sebaiknya membawa anaknya ke Dokter untuk diperiksa apakah si anak mengalami masalah kesehatan atau tidak. Selain itu Orang tua harus berkomunikasi dengan anak mengenai masalahnya. Berikan pula pujian untuk pencapaian yang sekecil apapun.   BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pemaparan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan, Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang murid yang mengganggu kelancaran proses belajarnya. Masalah belajar disebabkan oleh Faktor indogin, iyalah faktor yang datang dari diri siswa sendiri dan Faktor Eksogin yang merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa. Masalah belajar terdiri dari beberapa jenis masalah yang biasanya terjadi pada diri siswa yaitu Learning Disorder atau kekacauan belajar, Learning Disfunction, Under Achiever, Slow Learner atau lambat belajar, dan Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar. Permasalahan utama yang dihadapi oleh siswi pertama, NTR ialah ia merupakan siswi yang lambat belajar dan Gurunya tidak menciptakan suasana yang mendukungnnya dalam belajar. Sedangkan siswi kedua yakni DAR memiliki masalah dengan kesehatan dan juga Guru yang mengajarnya sangat galak. Oleh karena itu alternatif penanganan masalah untuk kedua siswi tersebut secara nyata memerlukan peranan penting Guru dan Orang tua mereka. B. Saran  Kepada Anak yakni NTR dan DAR sebaiknya berusaha berbicara dengan orang tua tentang masalah yang dihadapi. Perbaiki hubungan kalian dengan teman-teman kalian.  Kepada Orang Tua, diharapkan lebih memperhatikan putra-putrinya dan memastikan mereka tidak mengalami masalah belajar lagi.  Kepada Guru, tolong jangan berikap keras kepada anak-anak, ciptakanlah keakraban diantara murid-murid dan berikanlah semangan dan dukungan bagi para peserta didik.   Kepustakaan Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Cetakan pertama. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Aqib, Zainal.2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran.Cetakan pertama. Surabaya:Insan Cendekia. http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-40568.html#.UVH7KqKl7-s diunduh pada tanggal 23 juni 2013 http://umanradieta.blogspot.com/p/masalah-masalah-dalam-belajar.html diuduh pada tanggal 23 juni 2013 http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran-aktif-inovatif-kreatif-efektif-dan-menyenangkan/ diunduh pada tanggal 23 juni 2013.

Minggu, 06 Januari 2013

Laporan Analisa Perkembangan Emosi Pada Remaja



Tugas, kata yang sangat identik dengan mahasiswa, dan beberapa hari yang lalu saya mendapatkan tugas dari dosen saya, membuat laporan. Tugas ini menjadi pengganti ujian semester saya. Sehingga sekitar 50% dari nilai akhir diambil dari nilai tugas ini. Tidak sedikit teman-teman saya yang bingung cara membuatnya meski pak dosen sudah memberikan kerangka penyusunan nya. Begitu juga halnya dengan saya, sempat bingung juga, tetapi setelah mendapat penjelasan dari seorang teman akhirnya saya pun mengerti.
Nah, teman-teman sekalian yang membutuhkan contoh laporan, silahkan Download laporan yang saya susun mengenai analisa perkembangan emosi pada remaja.